Koneksi antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin By Ali Zaenal

Koneksi antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin By Ali Zaenal ~ Salam dan Bahagia. Halo Bapak/Ibu sahabat semua. Saya Ali Zaenal dan ingin memperkenalkan diri saya sebagai Calon Guru Penggerak Angkatan 8 tahun 2023 dari SD Ipres Rata Kabupaten Nagekeo. Hari ini, saya ingin berbagi informasi mengenai bagaimana pengambilan keputusan dapat didasarkan pada nilai-nilai kebajikan ketika kita menjadi pemimpin. Sebelum kita masuk ke topik ini, mari kita renungkan bersama kutipan bijak berikut:

“ Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik ” (Bob Talbert)

Pendidikan adalah sebuah upaya yang sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan agar mereka siap mengemban peran mereka di masa depan. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi individu dan mengarahkannya menuju tujuan yang dapat menjadikannya manusia yang sempurna. Pemberdayaan potensi peserta didik diarahkan untuk membangun karakter mereka, sehingga mereka dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan lingkungan sekitar.

Sekolah, sebagai sebuah lembaga moral, merupakan gambaran miniatur dunia yang berperan dalam membentuk budaya, nilai-nilai, dan moralitas dalam diri setiap siswa. Perilaku anggota sekolah dalam menerapkan nilai-nilai yang diyakini dan dianggap penting oleh sekolah adalah contoh yang diikuti oleh siswa.

Gambar : Pendidik bersama murid di sekolah SDI Rata

Sebagai pendidik, kita harus mampu menjadi teladan bagi siswa-siswa kita. Hal ini tercermin dalam tindakan sehari-hari kita, dan kita harus menjadi panutan bagi peserta didik dan seluruh anggota sekolah, bahkan di luar lingkungan sekolah.

Dalam menjalankan peran ini, sebagai pendidik, kita harus berkomitmen untuk memberikan kontribusi positif kepada peserta didik. Dalam setiap pengambilan keputusan, kita harus selalu mempertimbangkan kepentingan siswa dengan berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan. Kami menyadari bahwa setiap keputusan yang kami buat akan mencerminkan integritas sekolah, nilai-nilai yang kami pegang teguh, dan keputusan-keputusan ini akan menjadi contoh bagi seluruh komunitas sekolah dan masyarakat di sekitarnya. Sebagai pendidik, kami selalu berusaha untuk menanamkan karakter dengan menghormati nilai-nilai kebajikan universal dan memahami kebutuhan unik dari setiap peserta didik kami. Hal ini sejalan dengan kutipan bijak berikut:

Education is the art of making man ethical.

Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.

~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Dengan pemahaman ini, pendidikan adalah proses membimbing siswa dengan memperkuat karakter dan norma-norma, sehingga mereka dapat menjadi generasi yang memiliki moral, nilai-nilai kebajikan, dan kebenaran yang akan membimbing hidup mereka. Generasi mendatang akan mencerminkan pendidikan saat ini, yang kita bangun seperti menciptakan mahakarya terbaik yang akan memberi warna pada masa depan negara kita.

Setelah kita memahami konsep-konsep di atas, mari kita melanjutkan dengan mengeksplorasi pendekatan dalam modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak tentang pengambilan keputusan dari perspektif hubungan antara materi-materi.

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Semboyan yang diusulkan oleh KHD dan masih menjadi landasan bagi pendidik hingga saat ini meliputi: Ing Ngarso Sung Tulodho (Memberikan Teladan dari Depan): Ini berarti seorang pemimpin, dalam konteks ini seorang Guru, harus bisa menjadi contoh yang baik bagi yang dipimpinnya. Ing Madya Mangunkarsa (Memberikan Dorongan dari Tengah): Seorang pemimpin juga harus memiliki kemampuan untuk memberikan semangat, dorongan, dan motivasi kepada orang-orang di sekitarnya. Tut Wuri Handayani (Memberikan Dorongan dari Belakang): Seorang pemimpin harus dapat memberikan dukungan dari belakang.

Pesan intinya adalah bahwa seorang pemimpin, dalam hal ini seorang Guru, harus bisa memberikan teladan, semangat, motivasi, dan dukungan kepada murid-muridnya. Semboyan ini memiliki makna yang dalam dan dapat digunakan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan, yaitu keputusan yang selalu mendukung perkembangan murid agar mereka menjadi generasi yang cerdas dan beretika, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Ini dapat diwujudkan melalui pembelajaran di sekolah yang tidak hanya berfokus pada materi kurikulum, tetapi juga mendorong transfer nilai-nilai kebajikan secara eksplisit dalam pembelajaran dan memberikan teladan dalam setiap pengambilan keputusan. Ini adalah proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Perilaku seseorang sering mencerminkan nilai-nilai yang melekat dalam dirinya. Ini juga memengaruhi prinsip-prinsip yang mereka anut saat mengambil keputusan. Hal yang sama berlaku dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Kompetensi kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan keterampilan berhubungan sosial sangat mendukung dalam menerapkan sikap "Tut Wuri Handayani" (memberikan dorongan dari belakang).

Seorang pendidik dapat menerapkan sikap "Tut Wuri Handayani" dengan memberikan dorongan baik secara moral maupun materi kepada seluruh anggota sekolah. Nilai-nilai kebajikan yang tercermin dalam diri seorang pendidik akan membimbing mereka dalam setiap pengambilan keputusan. Nilai-nilai seperti kejujuran dan integritas sebagai pendidik akan tercermin dalam keteladanan mereka dan dalam kebijakan-kebijakan yang diambil dalam setiap keputusan.

Dengan kata lain, perilaku seseorang bisa menjadi cerminan dari nilai-nilai yang mereka anut, dan pendidik yang memiliki kesadaran diri, kemampuan pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan keterampilan berhubungan sosial yang baik akan memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung dan menerapkan nilai-nilai kebajikan, termasuk dalam pengambilan keputusan yang berpihak kepada perkembangan peserta didik.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kita sering dihadapkan pada berbagai permasalahan yang memerlukan pengambilan keputusan. Dalam konteks ini, pengambilan keputusan memiliki dampak yang signifikan, terutama ketika menyangkut keputusan yang bersifat strategis, yang dapat memengaruhi masa depan suatu organisasi. Salah satu faktor yang dapat sangat membantu dalam proses pengambilan keputusan adalah kemampuan dalam coaching. Sebagai pendidik, seorang guru harus memiliki keterampilan coaching.

Selama proses pembelajaran, bimbingan dalam pengambilan keputusan melalui kegiatan coaching yang dilakukan oleh fasilitator telah saya alami sebagai sangat efektif dalam membantu pemahaman saya.

Beberapa contoh praktik coaching dapat memberikan gambaran lengkap tentang cara menerapkan ini di sekolah. Keputusan yang diambil dengan pendekatan coaching yang didasarkan pada etika dan nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi dan misi sekolah yang berorientasi pada kesejahteraan murid, serta menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah. Pendekatan coaching dilakukan dengan prinsip kesetaraan, sehingga tidak ada kesan menggurui, tetapi malah menciptakan rasa nyaman. Ini memungkinkan coach untuk mengidentifikasi masalah dan mengajukan pertanyaan yang relevan kepada coachee. Di sisi lain, coachee juga merasa nyaman dalam menyampaikan hambatan-hambatan yang dihadapi dan bersama-sama menemukan solusi yang tepat. Hal ini karena seorang coach yang baik mampu menjadi pendengar yang baik dan dapat membantu coachee dalam mengurai masalah melalui pertanyaan-pertanyaan yang tepat. Dengan bantuan coaching, seorang guru dapat mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai seorang coach yang baik, seorang guru memiliki harapan besar terhadap kemajuan siswa, dan ini dapat membantu siswa menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka di sekolah dengan baik.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan seorang guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial-emosional memiliki dampak signifikan pada proses pengambilan keputusan. Dalam setiap pengambilan keputusan, sangat penting untuk memastikan bahwa keputusan tersebut didasarkan pada nilai-nilai kebajikan dan mematuhi peraturan yang berlaku, dengan memandu oleh 9 langkah pengambilan keputusan. Dua dasar ini memungkinkan kita untuk menganalisis situasi dengan teliti sehingga dapat membedakan antara dilema etika dan bujukan moral.

Kesadaran sosial-emosional individu dapat memupuk empati dan simpati, yang memungkinkan kita untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain. Dengan empati dan simpati, kita dapat menempatkan diri dalam posisi peserta didik dan mengidentifikasi masalah dengan bijaksana saat menghadapi pengambilan keputusan. Sebagai guru yang juga berfungsi sebagai pemimpin dalam proses pembelajaran, tindakan kita harus selalu didasarkan pada kepentingan peserta didik. Setiap keputusan yang kita buat harus mempertimbangkan banyak faktor yang berfokus pada kesejahteraan peserta didik, dengan dasar pada etika dan nilai-nilai kebajikan. Pendekatan ini berlandaskan pada empat paradigma: individu vs. masyarakat, rasa keadilan vs. rasa kasihan, kebenaran vs. kesetiaan, dan jangka pendek vs. jangka panjang, serta mengintegrasikan tiga prinsip: prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Seluruh proses ini harus dijalankan melalui 9 langkah sebagai berikut:

  1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
  2. Menentukan siapa saja yang terlibat
  3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
  4. Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola
  5. Pengujian paradigma benar lawan benar
  6. Prinsip Pengambilan Keputusan
  7. Investigasi Opsi Trilemma
  8. Buat Keputusan
  9. Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus yang berfokus pada isu moral atau etika merupakan latihan yang berharga bagi seorang pendidik karena dapat mengasah kemampuan empati dan simpati mereka. Seorang pendidik yang terlatih akan memiliki tingkat empati dan simpati yang tinggi, memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi dan memahami paradigma dilema etika dengan lebih baik, sehingga pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan bijak.

Dalam proses pengambilan keputusan, prinsip yang tetap dipegang adalah keberpihakan dan prioritas pada kepentingan murid. Dengan pendekatan ini, solusi yang tepat dapat ditemukan untuk setiap masalah yang muncul. Seorang pendidik yang terlatih memiliki kemampuan untuk menganalisis masalah dari berbagai sudut pandang dan membedakan apakah itu merupakan dilema etika atau hanya bujukan moral.

Ketika seorang pendidik menghadapi kasus-kasus yang berkaitan dengan masalah moral dan etika, keputusan yang mereka ambil sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang mereka anut. Jika nilai-nilai ini positif dan sesuai dengan etika, maka keputusan yang diambil akan tepat, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebaliknya, jika nilai-nilai yang dianut tidak sesuai dengan standar moral, agama, atau norma yang berlaku, maka keputusan cenderung didasarkan pada pandangan pribadi. Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga pendidik dapat dengan jelas membedakan antara dilema etika dan bujukan moral. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan mencerminkan komitmen pada kebutuhan murid, serta menciptakan lingkungan yang aman dan bahagia bagi semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Setiap keputusan yang kita buat, baik secara langsung maupun tidak langsung, akan memiliki dampak pada pelaksanaan pembelajaran dan situasi di sekolah. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu membuat keputusan yang benar dan cerdas, yang didasarkan pada prinsip-prinsip moral, contoh yang baik, dan pertimbangan yang bijaksana, dan yang tidak melanggar norma-norma yang berlaku. Dengan dasar ini, kita dapat menciptakan lingkungan sekolah yang positif, mendukung, aman, dan nyaman, yang memungkinkan murid-murid untuk belajar dengan efektif dan mengembangkan kemampuan mereka.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Pengambilan keputusan didasarkan pada tiga prinsip penyelesaian dilema, yaitu Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Pemilihan prinsip ini akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Meskipun setiap keputusan akan memiliki risiko, pro, dan kontra, ini merupakan tantangan yang perlu dihadapi.

Salah satu tantangan yang saya alami dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika adalah perasaan tidak nyaman karena sulit memuaskan semua pihak. Namun, dengan mengikuti langkah-langkah pengambilan keputusan yang terdiri dari sembilan langkah, saya dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman tersebut dan membuat keputusan yang dapat diterima oleh semua pihak.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh dari pengambilan keputusan yang mendukung pembebasan belajar pada murid adalah terciptanya konsep belajar yang merdeka. Dalam konteks merdeka belajar, murid diberikan kebebasan untuk mengejar kesuksesan dan kebahagiaan sesuai dengan minat dan potensi mereka tanpa adanya tekanan atau paksaan dari pihak manapun. Tujuannya adalah agar murid dapat mencapai kesuksesan sesuai dengan bidang yang mereka geluti, merasa bahagia karena mereka dapat mengejar apa yang mereka inginkan, dan bertanggung jawab terhadap pilihan-pilihan mereka.

Pendekatan ini menekankan bahwa semua keputusan yang diambil harus memihak pada murid, dan peran guru adalah untuk memfasilitasi, membantu mengembangkan bakat dan minat yang dimiliki oleh murid. Konsep kurikulum merdeka sangat berpusat pada kepentingan murid, seperti yang terlihat dalam desain kurikulum kelas XI di SMK, di mana materi tidak lagi dibagi menjadi beberapa kompetensi, tetapi diintegrasikan menjadi satu kesatuan yang lebih mendalam dalam satu mata pelajaran.

Penggunaan model pembelajaran berdiferensiasi juga mendukung konsep ini, memungkinkan penyesuaian pembelajaran sesuai dengan kebutuhan individual siswa berdasarkan bakat dan keahlian mereka. Peran guru dalam hal ini adalah sebagai fasilitator, dan pembelajaran sangat berfokus pada siswa, dengan dukungan penerapan Keterampilan Sosial-Emosional (KSE) secara eksplisit maupun implisit. Hal ini akan memperkuat dan mempertajam pengembangan keterampilan sosial-emosional murid, menciptakan lingkungan belajar yang lebih mendukung.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin dalam pembelajaran akan memiliki dampak yang signifikan, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, terhadap murid-murid. Tindakan dan keputusan yang kita ambil akan menjadi catatan yang dicatat dan akan berfungsi sebagai model peran tentang bagaimana murid-murid akan membentuk pemikiran dan tindakan mereka di masa depan, terutama dalam mengambil keputusan dalam masyarakat.

Ini menegaskan bahwa pengambilan keputusan oleh seorang pendidik harus dilakukan dengan cermat, tepat, benar, dan bijak, melalui analisis dan evaluasi yang mendalam tentang implikasi dan konsekuensi keputusan tersebut. Pengujian yang dilakukan melibatkan lima aspek penting, yaitu pengujian legalitas, pengujian kesesuaian dengan regulasi, pengujian kesesuaian dengan norma dan nilai-nilai institusi, pengujian terkait publikasi, dan pengujian kesesuaian dengan panutan atau model yang baik. Pendekatan ini akan memastikan bahwa pengambilan keputusan kita adalah akurat, teruji, dan tidak menyesatkan murid-murid, sehingga kita dapat memberikan contoh yang baik bagi perkembangan mereka.

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan dari pembelajaran ini adalah bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu kompetensi atau keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai pendidik. Dalam menjalankan tugas dan fungsi mereka, guru harus mengikuti filosofi Ki Hajar Dewantara, karena setiap keputusan yang mereka buat akan berdampak pada pola pikir dan karakter murid. Untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil dapat memberikan manfaat yang luas, menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman (well-being), serta dapat dipertanggungjawabkan, keputusan harus didasarkan pada budaya positif dan mengikuti alur yang tertata seperti BAGJA. Hal ini bertujuan untuk membantu murid mencapai profil pelajar Pancasila, meskipun dalam perjalannya seringkali muncul dilema etika dan bujukan moral.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam memberikan pelayanan, bimbingan, pendidikan, dan pengajaran kepada peserta didik untuk membentuk karakter yang lebih baik. Pengambilan keputusan yang sering terjadi di sekolah mempengaruhi kebijakan-kebijakan sekolah. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus memiliki kemampuan mengambil keputusan dengan bijak, dengan mengutamakan nilai-nilai kebajikan yang telah disepakati bersama. Setiap keputusan yang diambil harus berorientasi pada penciptaan budaya positif dan kondisi lingkungan yang nyaman (well-being). Guru memegang tanggung jawab untuk membimbing murid menjadi individu yang cerdas dan berkarakter, sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Mewujudkan impian ini memerlukan komitmen dari semua pihak. Namun, dalam perjalanan ini, akan muncul permasalahan, baik dalam bentuk dilema etika maupun bujukan moral. Untuk itu, panduan sembilan langkah dalam pengambilan keputusan dan pengujian keputusan sangat penting agar keputusan yang diambil selalu berpihak pada murid demi tercapainya merdeka belajar. Salah satu bentuk merdeka belajar adalah melalui penerapan pembelajaran berdiferensiasi, yang memungkinkan kebutuhan individu murid dipenuhi sesuai dengan bakat, minat, dan gaya belajar mereka.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Hal yang mungkin tidak terduga adalah bahwa dalam pengambilan keputusan, tidak hanya melibatkan proses pemikiran dan pertimbangan semata. Tetapi juga penting untuk memiliki pandangan, prinsip, dan langkah-langkah pengujian yang memastikan bahwa keputusan yang diambil memiliki efek yang positif dan bermanfaat untuk banyak orang. Selain itu, dalam pengambilan keputusan, dibutuhkan keberanian untuk menghadapi konsekuensi dari keputusan tersebut. Keberanian ini mencakup kemampuan untuk bertindak meskipun ada risiko dan tanggung jawab yang melekat pada keputusan tersebut. Jadi, pengambilan keputusan yang efektif melibatkan kombinasi antara pemikiran yang bijak, prinsip yang kuat, dan keberanian untuk bertindak sesuai dengan keputusan yang diambil.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah menghadapi situasi dilema etika dalam pengambilan keputusan. Namun, pada saat itu, pendekatan saya terbatas pada pemikiran pribadi yang didukung oleh beberapa pertimbangan. Saya merasa aman jika keputusan yang saya ambil sesuai dengan aturan dan tidak merugikan banyak orang. Namun, setelah belajar modul ini, pengetahuan saya telah bertambah dan saya telah mempraktikkan cara-cara pengambilan keputusan yang lebih tepat dengan mengikuti langkah-langkah tertentu yang didasarkan pada paradigma dan prinsip-prinsip yang telah diajarkan.

Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Konsep yang telah saya pelajari dalam modul ini telah memiliki dampak yang signifikan pada pola pikir saya. Sebelumnya, saya berpikir bahwa pengambilan keputusan yang didasarkan pada regulasi dan pertimbangan sosial sudah mencukupi, namun ternyata ada banyak aspek lain yang perlu menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Dalam konteks ini, terdapat empat paradigma dilema etika, yaitu: individu vs kelompok (individual vs community), rasa keadilan vs rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran vs kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek vs jangka panjang (short term vs long term), yang semuanya didasarkan pada tiga prinsip dan sembilan langkah. Saya berencana untuk menerapkan landasan ini dalam setiap pengambilan keputusan, baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam pembuatan kebijakan di sekolah dan dalam komunitas praktisi saya. Dengan landasan ini, saya yakin bahwa keputusan yang saya buat akan lebih tepat dan akurat, selalu memihak kepada murid-murid.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Materi dalam modul 3.1 bagi saya sangat penting dan memiliki makna yang besar, karena dalam peran apa pun yang kita jalani, kita pasti akan menghadapi berbagai permasalahan yang memerlukan pengambilan keputusan. Keputusan-keputusan ini akan berdampak pada kebijakan-kebijakan yang akan membentuk arah perjalanan sekolah dalam mencapai merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Salah satu langkah penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah guru yang memiliki keterampilan dalam pengambilan keputusan yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan.

Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, kita dapat mengacu pada sembilan langkah, empat paradigma, dan tiga prinsip yang telah diajarkan dalam modul ini. Selain itu, pengambilan keputusan juga melibatkan tiga uji, yaitu Uji Intuisi yang berkaitan dengan berpikir berdasarkan peraturan, Uji Publikasi yang berkaitan dengan berpikir berdasarkan hasil akhir yang penting, dan Uji Panutan/Idola yang berkaitan dengan prinsip berpikir berdasarkan rasa peduli.

Dengan memahami hubungan antara berbagai konsep dalam materi ini, saya menyadari bahwa masih banyak yang perlu dipelajari. Saya menerima dengan baik masukan dan saran apapun yang dapat menjadi motivasi bagi saya untuk terus belajar dan berkontribusi dengan tindakan yang bermanfaat bagi orang lain. Sebagai seorang guru, saya siap untuk terus bergerak, menggerakkan, dan menjadi bagian dari perubahan yang positif menuju majunya Indonesia.

Ali Zaenal

CGP A-8 Kab. Nagekeo

Nusa Tenggara Timur

Belum ada Komentar untuk "Koneksi antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin By Ali Zaenal"

Posting Komentar

Bagaimana pendapat anda silakan tinggalkan komentar di bawah ini

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel